Life is Journey

Kalau Hidup itu Mudah, Dimana Keseruan Petualangannya?

IMAGINATION

"imagination is more important than knowledge" Einstein

Sherlock Holmes

When you have eliminated the impossible whatever remains however improbable must be the truth.

Dr. Seuss

Think left and think right and think low and think high. oh, the things you can think up if only you try.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 31 Maret 2013

Madre The Movie

Hari kamis lalu (28/03/2013) ada pemutaran pertama film Madre di bioskop-bioskop di Indonesia. sebagai salah seorang penggemar semua karya Dee, tentu saya nggak akan melewatkan kesempatan buat nonton film yang diambil dari salah satu karya Dee, Madre, Kumpulan Cerita yang terbit pada tahun 2011 lalu.

Sampul Buku Madre



"Apa rasanya sejarah hidup kita berubah dalam sehari?
darah saya mendadak seperempat Tionghoa,
nenek saya ternyata tukang roti dan dia,
bersama kakek yang tidak saya kenal,
mewariskan anggota keluarga yang tidak perna saya tahu:
Madre"



Pada Film ini terdapat tokoh Tansen Wuisan (Vino G. Bastian, sumpah cakep) lelaki yang hidup bebas tanpa ikatan sebagai peselancar di Bali, dan Mei (Laura Basuki), Wanita karir yang berbicara cepat, bergerak cepat, dan overdosis kafein. 
Cerita ini secara garis besar tentang Tan dan Madre, Madre yang mempertemukan Tan, Pak Hadi dan Mei. Madre merupakan adonan biang, hasil perkawinan antara air, tepung, dan fungi bernama Saccharomyses exiguus yang diolah oleh Lakshmi, neneknya Tan. Madre itulah yang diwariskan kepada Tan yang selama ini dijaga oleh Pak Hadi (Didi Petet). Melalui Madre, Tan berhasil menemukan rumah tempat dia dibutuhkan, keluarga baru, dan peri yang senantiasa berdiri di sebelah Tan dan keluarga barunya.

Ada beberapa perbedaan antara film dan cerita yang ada di buku Dee, seperti pada film dikisahkan kalo Mei punya calon suami yang juga jadi pemegang saham di fairy bread. Nyebelin juga sih calonnya ini. Penambahan Konflk ini agak mengganggu, lebih baik kalau konfliknya dibuat pada proses perkembangan  pembuatan roti oleh Gadis-gadis 80'an, but anyway, saya suka sekali sama cerita dasarnya, selama perbedaan itu nggak mengubah substansi cerita, (misal: Tan dan Mei Kawin lari, atau Tan de Bakker berubah menjadi warung nasi padang demi mengikuti perkembangan zaman) saya tetep suka.

Segitu aja ya reviewnya, kalau mau lebih jelasnya, Tonton kisahnya dan Baca filmnya.